Sesuai janji, saya akan bahas masa depan Partai PKS dan PAN paska Kekalahan Hidayat/Didik dalam Pilgub DKI 2012.
Pilgub DKI kemaren sangat mengejutkan bagi PKS & PAN yg usung Hidayat/Didik. Mereka menurut Quick Count (QC) hanya peroleh 11% suara. Perhitungan QC tsb meski lebih tinggi dari perhitungan hasil survey yg hanya sekitar 8% utk Hidayat/Didik, tetap sulit diterima PKS/PAN.
Kenapa bisa suara Hidayat/Didik anjlok begitu rendah dibandingkan estimasi/prediksi elit partai dan pengamat politik? Sebagaimana diketahui, pada pemilu 2009 yg lalu, di DKI Jakarta PKS peroleh suara 20% dan PAN raih suara 5% atau total 25% suara. Dgn modal dasar 25% suara, akan bertambah dari suara massa Muhammadiyah yg diperkirakan memilih Hidayat/didik & massa Islam lainnya. Sehingga hitung2an di atas kertas, perolehan suara Hidayat/Didik min. 20% dan maksimal bisa capai 30%.Namun faktanya hanya 11% (QC).
Kenapa bisa terjadi penurunan suara yg sangat besar tsb? Apalagi jika figur yg dimajukan adalah sekaliber Hidayat dan Didik. Apakah ada korelasi dan relevansi turunnya pamor dan citra partai cq.
PKS/PAN dalam perolehan suara untuk Hidayat dan Didik? Publik sudah mengetahui, lembaga2 survey secara rutin, 3-4 bulan sekali melakukan survey popularitas dan elektibilitas partai2/capres2. Posisi terakhir PKS dan PAN dari hasil survey lembaga2 tsb memang menunjukan terjadi penurunan nyata/degradasi singnifikan pada PKS/PAN.
PKS yg pada pemilu 2009 lalu peroleh suara > 8% dan PAN yg sekitar 5%, menurut hasil survey anjlok menjadi 4 % dan 2.1%. Merosot 50%. Memang tidak bisa disimpulkan bahwa penyebab pasti kalah telaknya Hidayat/Didik sebagai akibat merosotnya suara PKS/PAN. Buktinya Alex juga KO. Kita mengetahui Alex Nurdin didukung oleh Golkar yg menurut hasil survey, Partai Golkar selalu menunjukan peningkatan electibilty.
Pemilih Gubenur atau Kepala Daerah lebih ditentukan dan dipengaruhui oleh sosok figur calon yg ditampilkan. Bukan semata2 faktor partai. Bahkan 1-2 kandidat independen ada yg memenangkan Pilkada di Indonesia. Meski akhirnya mereka babak belur disandera partai2/DPRD. Ada juga kandidat independen yg setelah memang Pilkada, buru2 masuk ke partai politik utk mendapatkan dukungan politik yg kuat.
Kembali ke PKS dan PAN. Apa yg membuat PKS dan PAN semakin ditinggalkan massa pemilih/rakyat? Kenapa citra mereka hancur? Apa solusinya?
Faktor penyebab penurunan citra & suara PKS tak terlepas dari situasi internal PKS yg sekarang tidak sesolid dahulu, "perang" ditubuhnya. Sebagian elit PKS memang masih istiqomah dan konsisten dgn cita2 amar maruf nahi mungkar. Mewujudkan pemerintahan yg bersih dan islami. Namun sebagian terbesar elit PKS saat ini malah bersikap pragmatis oportunis dan manfaatkan kekuasaan utk kepentingan pribadi & kekayaan. Sebagian besar elit PKS sama saja dgn politisi2 partai sekuler lainnya bahkan malah ada yg lebih parah. Perilaku koruptif tumbuh subur. Sejak itulah muncul istilah Faksi Keadilan dan Faksi Sejahtera di PKS.
Faksi Keadailan merujuk pada elit2 yg masih istiqomah. Sedangkan Faksi Sejahtera merefer pada elit partai yg sudah melenceng dan berorientasi harta dan kekayaan. Kader2 PKS kecewa. Malangnya, Faksi Sejahtera ini jauh lebih dominan di PKS. Faksi keadilan tersisihkan. Kader2 PKS akar rumput & simpatisan kecewa berat2.
Bagaimana dgn PAN? Partai ini lebih parah. Hampir tidak ada sama sekali fungsi partai yg dijalankan oleh PAN selama beberapa tahun terakhir ini.
Fungsi Partai Politik itu setidaknya adalah : Agragasi, Artikulasi, Komunikasi Politik dan Solusi Konflik. Fungsi2 ini mandul di PAN.
Tidak ada politisi PAN tampil menjalankan fungsi2 partai politik tadi. Tdk ada figur fenomenal seperti Amin Rais atau seunik Joko Edi. PAN seolah2 tidak ada atau tenggelam. Jarang sekali politisnya tampil ke publik, membela rakyat, angkat isu atau kritik pemerintah. Partai PAN seolah ada dan tiada. Posisinya di "alam gaib". Kader2nya sibuk entah kemana. Elitnya sembunyi dibalik kekuasaan. Bahkan terakhir PAN buat blunder dgn "melukai" hati ibu kandungnya sendiri "Muhammadiyah" terkait isu hibah Kantor DPP oleh Sutrisno B.
Sutrisno Bachir yg mantan Ketum PAN buat manuver menghibahkan Gedung Kantor PAN miliknya itu kepada Muhammadiyah. PAN keliru bersikap. Terasa nuansa reluctan (keengganan) PAN menyerahkan Gedung Kantor itu yg sebenarnya sikap itu ditujukan pada Sutrisno bukan pada Muhammadiyah.
Disisi lain, posisi Hatta Rajasa, ketum PAN yg juga Menko Ekonomi, besan dan pendukung utama SBY membuat PAN "salah tingkah". Akibatnya PAN tidak bisa menjalankan fungsi2 partai politik sebagaimana mestinya dan kehilangan pamor/citra dimata rakyat. Suara anjlok.
Tanpa ada perobahan sikap dan kebijakan partai yg radikal dan progresif dari PAN/PKS, masa depan kedua partai ini dlm ancaman kematian. Artinya, perolehan suara PKS/PAN ini di 2012 sangat mungkin di bawah 3.5% sehingga kedua partai ini tdk lolos parliament threshold.
Jika PKS dan PAN tdk lolos Parliament Threshold (PT) maka mereka tdk bisa dudukan wakil2nya di DPR/DPRD. Apalagi ajukan capres. Maka berakhirlah sejarah PKS dan PAN secara tragis.
PAN adalah partai anak kandung reformasi 1998. PKS adalah partai islam yg fenomenal.
Maka, menyitir puisi Taufiq Ismail : Masa Depan Indonesia adalah Partai PAN/PKS yang tenggelam.... Sekian dan terima kasih.
Salam Kritis